Maandag 25 Maart 2013

PENGANTAR AKUNTANSI II



PENGENDALIAN INTERN DAN AKUNTANSI UNTUK KAS

Kas dapat diubah menjadi aktiva lain dan digunakan untuk membeli barang atau jasa, oleh karena itu kas disebut juga aktiva liquid (cair).
A.    PENGENDALIAN INTERN
Dalam perusahaan kecil, pemilik perusahaan dapat melakukan pengawasan atas semua operasi perusahaan melalui pengawasan langsung dalam operasi perusahaan.
Sistem pengendalian intern yang dirancang dengan baik akan dapat mendorong ditetapkannya kebijakan manajemen. Selain itu juga mendorong terciptanya efisiensi operasi; melindungi aktiva perusahaan dari pemborosan, kecurangan, dan pencurian; serta menjamin terciptanya data akuntansi yang tepat dan bisa dipercaya.
Prosedur-prosedur pengendalian intern berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dan bergantung pada beberapa faktor, seperti sifat operasi dan besarnya perusahaan.
Tujuh buah prinsip pengendalian intern yang pokok meliputi:
1.      Penetapan tanggung jawab secara jelas.
2.      Penyelenggaraan pencatatan yang memadai.
3.      Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan.
4.      Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva.
5.      Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan.
6.      Pemakaian peralatan mekanis (bila memungkinkan)
7.      Pelaksanaan pemeriksaan secara independen.
Ketujuh buah prinsip pengendalian intern di atas akan dibahas dalam uraian berikut:
1.      Penetapan Tanggung Jawab Secara Jelas
Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik, manajemen harus menetapkan tanggung jawab secara jelas dan tiap orang yang memiliki tanggung jawab untuk tugas yang diberikan padanya. Apabila perumusan tanggung jawab tidak jelas dan terjadi suatu kesalahan, maka akan sulit untuk mencari siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut. Sebagai contoh, bila dua orang petugas bagian penjualan menggunakan satu peti penyimpanan uang yang sama dan terjadi kekurangan kas, maka akan sulit untuk mencari petugas mana yang telah melakukan kesalahan.
2.      Penyelenggaraan Pencatatan Yang Memadai
Untuk melindungi aktiva dan menjamin bahwa semua karyawan melaksanakan prosedur yang ditetapkan, diperlukan pencatatan yang baik. Catatan yang bisa dipercaya akan menjadi sumber informasi yang dapat digunakan manajemen untuk memonitor operasi perusahaan. Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik, perusahaan harus merancang formulir-formulir (business papers) secara cermat sesuai dengan kebutuhan, dan menggunakannya dengan benar. Sebagai contoh, apabila formulir order penjualan dirancang dengan baik, maka petugas penjualan dapat mencatat informasi secara tepat dan efisiensi, tanpa ditunda-tunda, sehingga pembeli tidak perlu menunggu terlalu lama.
3.      Pengansuransian kekayaan dan Karyawan Perusahaan
Kekayaan perusahaan harus diasuransi dengan jumlah pertanggungan yang memadai. Salah satu cara mempertanggungkan karyawan ialah dengan membeli polis asuransi atas kerugian akibat pencurian oleh karyawan. Cara seperti ini akan dapat mengurangi pencurian, karena perusahaan asuransi (penanggung) akan melakukan pengusutan, seandainya terjadi kekurangan (kehilangan) kas.
4.      Pemisahan Pencatatan dan Penyimpanan Aktiva
Prinsip pokok pengendalian intern mensyaratkan bahwa pegawai yang menyimpan atau bertanggung jawab atas aktiva tertentu, tidak diperkenankan mengurusi catatan akuntansi atas aktiva yang bersangkutan. Pegawai yang bertanggung jawab atas suatu aktiva cenderung untuk tidak memanipulasi atau mencuri aktiva yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia tahu bahwa ada orang lain yang menyelenggarakan pencatatan atas aktiva  tersebut.
5.      Pemisahan Tanggung Jawab atas Transaksi Yang Berkaitan
Pertanggungjawaban atas transaksi yang berkaitan atau bagian-bagian dari transaksi yang berkaitan harus ditetapkan pada orang-orang atau bagian-bagian dalam perusahaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan diperiksa (dicheck) oleh orang lain. Agar barang yang diterima benar-benar dicheck mengenai kebenaran jumlah dan kualitasnya, dan agar semua faktor pembelian diperiksa dahulu kebenarannya sebelum dibayar.
6.      Penggunaan Peralatan Mekanis (jika Memungkinkan)
Sebaiknya perusahaan menggunakan peralatan-peralatan mekanis, seperti kas register, check protector, mesin pencatat waktu, dan peralatan mekanis lainnya. Kas register yang memiliki pita pencatat terkunci didalamnya, akan mencatat semua transaksi penjualan tunai. Cek protector yang dapat membuat perforasi mengenai jumlah rupiah setiap check, akan bermanfaat untuk menghindari terjadinya penggantian angka rupiah pada cek. Mesin pencatat waktu akan dapat mencatat dengan tepat saat pegawai mulai masuk kerja dan meninggalkan tempat pekerjaannya.
7.      Pelaksanaan Pemeriksaan Secara Indenpenden
Apabila terjadi pengantian karyawan mengalami kelelahan, maka prosedur yang telah ditetapkan mungkin diabaikan atau dilangkahi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian ulang secara teratur, untuk memastikan bahwa prosedur-prosedur telah diikuti dengan benar.
Selain diperiksa oleh pemeriksaan intern, perusahaan biasanya diperiksa juga oleh akuntan publik yang bertindak sebagai pemeriksaan ekstern. Akuntan publik melakukan pengujian atas catatan akuntansi perusahaan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan lainnya untuk memberi pendapat apakah laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.
B.     PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KAS
Pengendalian intern yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian intern. Pertama, harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.
Kedua, semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian. Ketiga, semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.
Prosedur-prossedur yang digunakan untuk mengawasi kas, bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan yang lain nya. Oleh karena itu hendaknya dipahami bahwa prosedur-prosedur yang bakan diuraikan dibawah ini hanyalah merupakan sekadar contoh praktik yang banyak digunakan pada berbagai perusahaan.
1.      Penerimaan Kas dan Penjualan Tunai
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan tunai sebaiknya dilakukan dengan melalui kas register pada saat transaksi penjualan terjadi. Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah merancang kas register sedemikian rupa, sehingga mesin kas register hanya dapat dibuka oleh orang yang berwenang.
2.      Penerimaan Kas Melalui Pos
Penerimaan kas melalui pos dapat berujud cek yang diterima dalam amplop atau berupa poswesel. Apabila cek diterima melalui pos, maka pada saat amplop dibuka harus dihadiri oleh dua petugas. Apabila penerimaan kas melalui pos berupa poswesel, maka seperti halnya penerimaan cek melalui pos, penanganannya dilakukan oleh dua orang petugas.
3.      Pengeluaran Kas
Pengawasan atas penerimaan kas yang berasal dari penjualan tunai dan penerimaan kas melalui pos, merupakan hal yang penting. Akan tetapi kecurangan atau penyelewengan biasanya jarang terjadi melalui transaksi penerimaan kas, melainkan melalui pengeluaran kas atau pengeluaran atau dengan menggunakan faktur fiktif (palsu).
C.    SISTEM VOUCHER DAN PENGAWASAN
Sistem ini menetapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.      Kewajiban perusahaan hanya dapat terjadi dari transaksi yang telah disetujui ( disahkan ) oleh orang yang diberi wewenangan oleh perusahaan
2.      Prosedur-prosedur yang berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi, pengesahan, dan pencatatan, harus ditetapkan
3.      Cek hanya dapat dikeluarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi, disahkan, dan dicatat dengan benar
4.      Kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus diperlakukan sebagai transaksi yang indenpenden.
Dari penjelasan tentang masing-masing dokumen dibawah ini terlihat betapa banyaknya pengawasan terhadap pengeluaran kas yang timbul dari pembelian barang dagang.
1.      Permintaan pembelian
Perusahaan dagang yang besar, kepala-kepala bagian tidak diizinkan untuk memesan sendiri barang yang diperlukannya langsung kepada pemasok. Kepala bagian yang memerlukan barang melakukan fungsi ini dengan membuat dan menandatangani dokumen yang disebut permintaan pembelian,sebanyak 3 lembar.
2.      Pesanan Pembelian
Pesanan pembelian adalah formulir (dokumen) perusahaan yang digunakan oleh bagian pembeli untuk memesan barang dari produsen atau grosir. Pesanan pembelian meminta agar pemasok mengirim barang yang dipesan.
Bagian pembelian membuat pesanan pembelian sebanyak 4 (empat) lembar (atau mungkin lebih). Dokumen trsebut didistribusikan sebagai berikut:
Lembar 1. Atau lembar asli, dikirim kepada pemasok sebagai pesanan, dan sekaligus sebagai permintaan untuk mengirim barang yang dipesan.
Lembar 2, dengan dilampiri permintaan pembelian, dikirim ke bagian akuntansi yang kelak akan digunakan sebagai dasar untuk memberi pengesahan atas faktur pembelian agar dapat dilkukan pembayaran.
Lembar 3, dikirim kebagian yang meminta sebagai pemberitahuan bahwa permintaan pembelian telah dilakukan.
Lembar 4, ditahan dibagian pembelian sebagai arsip.
3.      Faktur
Faktur adalah surat yang berisi pernyataan bahwa barang-barang yang tertulis di dalamnya telah dijual. Ditinjau dari sudut si penjual (pembuat faktur), dokumen ini disebut faktur penjualan. Bagi pembeli, faktur yang diterimanya dari penjualan disebut faktur pembelian.
4.      Laporan Penerimaan Barang
Perusahaan-perusahaan besar biasanya dibentuk bagian khusus yang ditugasi untuk menerima barang-barang dagangan atau aktiva lain yang dibeli perusahaan.
5.      Pengesahan Faktur
Dengan diterimanya laporan penerimaan barang oleh bagian akuntansi, maka sekarang bagian akuntansi telah menerima empat macam dokumen yang berhubungan denga pembelian barang, yaitu:
a.       Permintaan pembelian yang berisi nama (jenis) dan jumlah barang yang diminta untuk dipesan.
b.      Pesanan pembelian yang berisi nama dan jumlah barang yang sesungguhnya dipesan.
c.       Faktur yang menunjukkan jumlah satuan, keterangan, harga satuan, dan total harga barang yang dikirim oleh penjual.
d.      Laporan penerimaan barang yang berisi daftar barang dan kondisi barang yang diterima.
6.      Voucher
Voucher adalah dokumen yang berisi:
a.       Keterangan ringkas transaksi
b.      Tanda telah diperiksa
c.       Persetujuan untuk dicatat dan dibayar.
D.    REKENING GIRO BANK SEBAGAI ALAT PENGAWASAN
Penyimpanan kas dalam rekening giro bank merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalian intern, karena bank biasanya menerapkan praktik-praktik tertentu yang mengamankan kas.
Kas adalah merupakan aktiva yang paling penting. Hal ini disebabkan oleh sifat kas yang merupakan alat pertukaran yang paling umum, dan hampir semua transaksi pada akhirnya akan mempengaruhi kas.
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam pengawasan tersebut yang berupa:
a.       Kartu Tanda-tangan.
Bank mensyaratkan bahwa setiap orang yang diberi wewenangan menandatangani cek (pemengana giro) untuk mencantumkan tanda tangannya pada kartu tanda tangan.
b.      Bukti Setoran.
Bank biasanya telah menyediakan formulir yang digunakan pada saat seseorang akan menyetor ke rekening giro tertentu, yang disebut formulir atau bukti setoran.
c.       Cek.
Untuk mengambil uang dari suatu rekening giro pemegang giro harus menarik cek, yaitu perintah kepada bank untuk membayar kepada orang atau perusahaan.
d.      Laporan Bank
Pada akhir bulan, bank biasanya mengirimkan laporan bank bulanan kepada para pemegang giro. Laporan tersebut berisi salso awal dan saldo akhir bulan, serta daftar transaksi yang terjadi selama bulan yang bersangkutan.
e.       Rekonsiliasi Bank
Pengendalian intern kas yang baik akan dapat member informasi mengenai sumber kas perusahaan, dikeluarkan untuk apa, dan berapa salso kas setiap saat dikehendaki. Oleh karena itu, akuntan harus dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya perbedaan antara catatan perusahaan dengan laporan bank, dan menentukan jumlah saldo rekening giro yang sesungguhnya pada suatu saat tertentu. Proses ini disebut rekonsilisasi bank.
Beberapa penyebab perbedaan antara saldo menurut pembukuan perusahaan dengan laporan bank adalah sebagai berikut:
a.       Bank belum mencatat transaksi tertentu:
v  Setoran dalam perjalanan.
v  Cek dalam perjalanan
b.      Perusahaan belum mencatat transaksi tertentu.
v  Penerimaan kas melalui bank
v  Biaya administrasi bank
v  Pendapatan bunga atau jasa giro
v  Cek kosong dari konsumen atau debitur
v  Cek dikembalikan kepada penyetor karena alas an lain (bukan cek kosong)
c.       Bank atau perusahaan (atau kedua-duanya) telah melakukan kesalahan pencatatan.
TAHAP-TAHAP PENYUSUNAN REKONSILIASI BANK
Tahap-tahap penyusunan rekonsiliasi bank adalah sebagai berikut:
1.      Mulailah dengan saldo yang tercantum laporan bank dan saldo yang tercantum dalam rekening kas perusahaan(disbut juga”saldo perbuku”).
2.      Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank.
3.      Tambahkn atau kurangkan pada saldo perbuku, hal-hal yang tercantum dalam laporan bank tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan.
4.      Hitunglah saldo per bank yang telah disesuaikan dan saldo per buku yang telah disesuaikan.
5.      Buatlah jurnal untuk setiap hal yang terdapat pada butir 3 di atas, yaitu hal-hal yang tercantum pada sisi per buku (perusahaan) dalam rekonsiliasi bank.
6.      Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan pemberitahuan ke bank telah melakukan ke salahan.
E.     DANA KAS KECIL
Salah satu prinsip pokok dalam pengawasan terhadap pngeluaran kas ialah bahwa semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek. Hampir semua perusahaan melakukan pengeluaran kas untuk biaya pos, telegram, pembelian jenis-jenis perlengkapan tertentu, perjalanan dinas, dan sebagainya.
Pengoperasian kas kecil seperti dilukiskan disebut (imprest system) meliputi;
1.      Pembentukan kas kecil
2.      Melakukan pembayaran melalui kas kecil
3.      Pengisian kembali kas kecil.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 15 maret pemegang kas kecil mengajukan permintaan kembali kas kecil sebesar Rp87.000,00 yang dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran kas kecil berupa biaya pos Rp44.000,00 biaya angkut pembelian Rp18.000,00, perlengkapan kantor Rp20.000,00, dan macam-macam biaya lainnya Rp5.000,00. Jurnal yang harus dibuat untuk pengisian kembali kas kecil tersebut adalah sebagai berikut:
Maret  15    Biaya pos…………………………… Rp  44.000,00
                   Biaya angkut pembelian…………….       18.000,00
       Perlengkapan kantor………………...       20.000,00
       Macam-macam biaya………………..       5.000,00
                   Kas …………………………………. Rp  87.000,00
(untuk mengisi kembali dana kas kecil)
F.     PROSEDUR PENGENDALIAN INTERN LAINNYA
Prosedur pengendalian intern diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan seperti pembelian, penjualan, penerimaan kas, pengeluaran kas, dan pengawasan terhadap aktiva tetap. Berbagai prosedur pengendalian intern akan dijumpai pada bab-bab selanjutnya. Namun pada bab ini perlu dibahas pengendalian yang berkaitan dengan pembelian barang tapi sekaligus juga menyangkut pengendalian atas kas, yaitu pengendalian tentang pemanfaatan kesempatan mendapat potongan tunai.
Contoh: pada tanggal 2 oktober, Pt Muria membeli  barang dagangan seharga Rp100.000,00 dengan termin 2/10,n/60, maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pembelian diatas dan pembayarannya pada tanggal 12 oktober adalah sebagai berikut:
Okt.        2    Pembelian……………………. 100.000,00
         Utang dagang………………..  100.000,00
        (Pembelian barang dagangan dengan termin 2/10,n/60).
Okt.       12  Utang dagang………………..   100.000,00
                    Potongan Tunai Pembelian…..       2.000,00
        Kas…………………………..      98.000,00
       (Pembayaran faktur pembelian tertanggal 2 oktober)

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking